Artikel
“Pendidikan yang berpihak pada Murid”
Engkau coba
bisikan kebenaran
Engkau
rangkai kata penuh keberanian
Engkau
berikan makna pengetahuan
Engkau
ajarkan hakikat didikan
Engkau
pancarkan sinar kemuliaan
Jiwa sang penuntun akan kebaikan
--------
Sutarjo
05 September 2022
Refleksi Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara
Setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran, dapat disimpulkan bahwa pengajaran merupakan suatu proses dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir maupun bathin serta merupakan bagian dari Pendidikan itu sendiri. Sedangkan Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Sebagai seorang guru biasanya melaksanakan tugas hanya mengajar dan menyampaikan ilmu pengetahuan, setelah itu dilakukan tes atau ujian untuk mengukur sejauh mana para murid memahami dan mencapai hasil pembelajaran yang telah diikuti Bersama teman dan gurunya. Ketercapaian pembelajaran seringkali hanya diukur dari segi pengetahuan (kognitif) nya saja, hal ini dibuktikan dengan persentasi yang paling besar menjadi perhatian dan parameter yang digunakan adalah Ujian Teori Kognitif, sedangkan porsi untuk Keterampiran (Psiokomotorik) dan SIkap (Afektif) mendapat porsi pendukung atau tambahan penunjang dalam proses pembelajaran yang berlangsung dan yang terlaksana.
Pada kesempatan kali ini adanya perubahan mindset (pola pikir) yang
diperoleh setelah mempelajari, mendalami, mengkaji, dan merefleksi tentang
pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai definisi pembelajaran dan Pendidikan,
dasar-dasar Pendidikan, tujuan Pendidikan, mengenalkan konsep kodrat keadaaan,
pengenalan konsep bermain dalam belajar, pembelajaran yang memerdekakan, dan
mengajarkan semboyan jiwa Pendidikan nasional ; ingarso sing tulodo, ing madya
mangun karso, tut wuri handayani.
Adanya perubahan dalam diri yang dirasakan baik pada aspek pemahaman
(ilmu pengetahuan tentang Pendidikan), maupun sikap prilaku (perubahan dalam
mengajar dan mendidik) dari hasil pendalaman modul tentang pemikiran Ki Hadjar
Dewantara melalui proses kegiatan berpikir-kritis dan menerapkan relevansinya
dengan sosio-kultur di daerah tempat tinggal.
Dampak yang dirasakan oleh diri sendiri yang kemudian menjadi imbas dari
refleksi pemikiran ini adalah terjadinya perubahan dan tindakan yang dilaksanakan
dalam proses kegiatan pembelajaran dan pendidikan yang menuntun selama di kelas
maupun ruang lingkup sekolah. Hasil refleksi berpikir-kritis pemikiran Ki
Hadjar Dewantara yang langsung diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman yang timbul dan terbaru mengenai perbedaan konsep
pembelajaran dan Pendidikan, menjadi kesenangan dan kebahagiaan dalam diri sendiri
yang menyebabkan semakin tergugah dan menjiwai peran dan visi sebagai sosok
guru yang dapat menuntun dan memberikan sesuatu Pendidikan yang bermakna pada muridnya.
2. Perubahan yang meningkat dalam aspek berpikir refleksi sesuai dengan
yang telah dipahami dari komsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara, serta menambah
wawasan dalam menentukan strategi dan metodologi yang tepat serta sesuai untuk digunakan
terhadap murid menurut kodratnya yang telah di gariskan Tuhan. Hal tersebut diharapkan
dapat senantiasa dikembangkan oleh guru melalui kegiatan membaca dan menganalisis
serta menyesuaikan metode dengan situasi dan kondisi kodrat alam dan kodrat
zaman yang dimiliki oleh murid. Dengan demikian secara tepat dan efektif dapat
berkembang, berubah, mandiri dan merdeka dalam capaian kompetensi yang dituntaskan
oleh para murid dalam pembelajarannya.
3. Sebagai guru yang menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, maka dikatakan
bahwa dapat menemukan Pendekatan dan model pembelajaran atau pedidikan yang
dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, membahagiakan,
memerdekakan dan memberikan perubahan yang signifikan terhadap diri murid
sebagai individu maupun masyarakat.
4. Setelah dikenalkan dan diberikan analogi terkait tugas dan
tanggungjawab seorang guru bagaikan seorang petani yang sedang berladang, perumpamaan
tersebut digambarkan dengan sangat kontras bagaimana perhatian, keseriusan,
kesungguhan, tekad dan perjuangan serta kerja keras dalam bekerja haruslan memiliki
target atau tujuan sesuai dengan kodratnya. Oleh karena itu seorang guru juga
harus dapat merencanakan, menyiapkan, melaksanakan pembelajaran dan pendidikan yang
menuntun serta berpusat pada murid, sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang menghasilkan
murid yang selamat dan bahagia serta merdeka dan mandiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagai manusia individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Dari semua hal yang telah disampaikan
di atas, kemudian menjadi rencana dan tindakan yang harus dilaksanakan dan
diterapkan dalam pembelajaran kongkrit di kelas dan di sekolan. Pengajaran dan
Pendidikan yang dapat menuntun anak didiknya dalam mengembangkan bakat, minat,
dan potensi dirinya agar tumbuh kembang sesuai kodratnya. Dengan demikian akan
dihasilkan manusia-manusia yang mulia dan berbudi luhur yang dapat bermanfaat
bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan bangsa Indonesia.
Situasi para murid dan suasana lingkungan belajar yang diharapkan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah: 1) memiliki pola pikir yang terbuka, teliti, kritis dan cerdas dalam memahami perjalanan hidup. 2) anak didik yang mampu bersaing dengan minat, bakat dan keahlian yang telah dimiliki, dilatih dan diasah di sekolah menjadi modal dalam mensejahterkan hidupnya sehari-hari. 3) para murid yang senantiasa merasa senang, bahagia dan terus konsisten dalam belajar dan melatih dirinya dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap budi pekerti yang baik dalam setiap waktu dan perjalanan hidupnya.
Kemudian materi dan metode yang akan digunakan untuk mewujudkan pembelajaran yang menuntun atau berpusat pada murid adalah dengan mengenalkan dan memperdalam; 1) Konsep Diri, 2) Potensi Diri setiap Manusia, 3) Peluang kesuksesan dan keberhasilan setiap insan dengan pendidikan yang berkualitas, serta 4) manfaat dari semua materi yang diajarkan harus dapat dirasakan oleh murid, orang tua, guru dan masyarakat sekitarnya. Dengan metode silih asah silih asih dan silih asuh, dengan menggunakan asas gotong royong dalam menciptakan suasana belajar yang merdeka, merubah, dan mandiri baik di kelas maupun lingkup sekolah.