KHUTBAH KE-1
Momentum Hari
Raya Qurban
Hadirin
jamaah sholat idul adha rahimakumulloh.
Seluruh puji dan puja hanyalah milik
Allah swt yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan sempurna
dan luarbiasa.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw
beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari kiamat nanti. Aamin.
Kemuliaan dan kasih sayang Alloh SWT sekali lagi masih diberikan kepada kita semua untuk menikmati dan melaksanakan ibadah shalat Idul Adha, takbir, tahmid dan tahlil kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, sebagai rukun Islam yang kelima.
Allahu Akbar 3x Allahu Akbar Wa lillahil-hamd
Hari raya Idul Adha merupakan hari
raya istimewa dikarenakan dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini,
yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.
Ibadah qurban tahunan yang umat
Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Setidaknya ada tiga pesan umum yang bisa kita tarik
dari kisah tersebut:
1.
Pertama, Tentang totalitas
kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla. Nabi Ibrahim yang mendapat julukan
“khalilullah” (kekasih Allah) mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya
meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat
perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa
anak hanyalah titipan. Anak betapapun mahalnya kita menilai tak boleh
melengahkan kita bahwa hanya Allahlah tujuan akhir dari rasa cinta dan
ketaatan.
Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan
bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan
nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan
pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni pendekatan
diri.
Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Tuhannya.
Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,
2.
Pelajaran kedua adalah tentang
kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan untuk jangan
menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan,
namun di sisi lain kita juga dihimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia.
Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan
dalam bentuk tubuh manusia adalah hal yang diharamkan.
Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu bapak, yakni Nabi Adam ‘alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya.
3.
Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil
adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan qurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas,
meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain
sebagainya.
Berqurban memiliki makna mulia jika hakikat berqurban itu dapat kita
pahami dengan baik. Berqurban bukanlah sekadar ritual tanpa makna, atau teradisi tanpa arti. Berqurban,
harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati apa yang tersirat dan
tersurat dari pelaksanaan ritual tersebut.
Rasa suka cita yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim as. untuk
berkorban dilandasi atas pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kehidupan.
Mereka menyadari
sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini: anak, isteri, harta,
pangkat dan jabatan semuanya datang dari Allah dan pasti akan kembali kepada
Allah. Oleh sebab itu, bagaimana pun modelnya perintah Allah harus dilaksanakan
sebaik-baiknya tanpa melihat untung dan rugi, enak tidak enak, mudah
dan sulit, maupun berat dan ringannya.
Kita selaku generasi masa kini telah berhutang budi kepada
generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh apa yang kita ni`mati saat ini
sebagai hasil dari pengorbanan, perjuangan dan sikap mereka yang mendahulukan
kepentingan orang lain. Maka sepatutnyalah jika kita melanjutkan rangkaian
pengorbanan mereka itu sehingga kita dapat menyampaikan keni`matan ini kepada
generasi berikutnya seperti yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dalam kehidupan ini, ada banyak
sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita pegang teguh.
Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, pada kesempatan ini
paling tidak, ada empat prinsip hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan
kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang amat
penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah swt. Do’a
bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita
merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah
segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung kepada-Nya. Diantara
doa Nabi Ibrahim as adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya
dalam keadaan aman . Allah swt berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim as:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS
Ibrahim [14]:35).
Dalam konteks kehidupan negara kita
yang mengalami krisis, apalagi saat ini kita masih sedang
menghadapi pandemi covid-19 yang sudah +_ 100303 teridentifikasi positif. maka sudah seharusnya kita berdoa
untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa, selamat dan kembali sehat lahir dan bathin masyarakatnya serta para pemimpinnya diberi petunjuk dan mau menerima
petunjuk jalan hidup yang benar agar bisa melaksanakan tugas kepemimpinan
dengan benar.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Prinsip hidup Kedua
adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal
ini karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka
lebar. Siti Hajar telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari
rizki meski berada di daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang
dalam ibadah haji dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha.
Karena itu, ketika kita sudah berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak shaleh tapi tidak mencontohkan keshalehan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat tapi mengkonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati
Allah.
Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda:
Orang yang bertaubat dari dosanya
seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat
seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran
yang sangat merusak jiwa.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.
Keempat yang merupakan prinsip hidup yang
kita ambil dari Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah Tidak Menyombongkan diri
atas kebaikan yang dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik
merasa paling baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang
baik. Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa
sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini merupakan
kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya.
Karena itu, ibadah haji yang sedang
dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita
tidak pantas berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan,
ini diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika
dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Demikian hikmah (pelajaran) yang
sangat berharga dari momentum hari raya Idul Adha ini, yang kembali hadir untuk
mengingatkan kita akan ketinggian nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang
sarat dengan pelajaran kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan
kepentingan dan kemaslahatan orang lain. Sehingga dapat membentuk insan yang
paripurna, lahiriyahnya sehat dan bathiniyahnya beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT. Semoga terus lahir pribadi-pribadi dan keluarga Ibrahim berikutnya
dari bumi tercinta Indonesia ini yang layak dijadikan contoh teladan dalam
setiap kebaikan, pengorbanan dan ketulusan hati untuk seluruh umat manusia.
Aamin Yaa
Robbal ‘Alamin.
KHUTBAH KE-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar